Jakarta - Industri e-commerce punya peluang
yang sangat besar untuk tumbuh menjadi tulang punggung industri
perdagangan di Indonesia. Namun untuk sukses menuju ke arah sana, ada
tantangan berat yang harus dihadapi bersama.
Menurut Daniel
Tumiwa, Ketua Umum Indonesia e-Commerce Association (idEA), dalam
beberapa tahun ke depan, industri transaksi jual-beli lewat online akan
menjadi pembicaraan yang umum di kalangan masyarakat.
"Dalam 2-3 tahun lagi kita bertemu bukan lagi ngomongin soal e-commerce, tapi sudah ngomong soal
barang dagangannya. Karena dagang ya bisa di mana saja, di ponsel bisa,
di internet bisa, di pasar apalagi," katanya di Hotel Mandarin,
Jakarta, Senin (27/5/2013).
Namun untuk bisa menuju ke arah itu, diperlukan kepercayaan dari masyarakat bahwa e-commerce merupakan sarana yang aman untuk wadah transaksi jual-beli di internet.
Perlu waktu agar industri e-commerce dipercaya,
layaknya masyarakat awal-awal menggunakan ATM sebagai mesin untuk
transaksi perbankan dan mengambil uang. "Itu tinggal masalah kepercayaan
saja," kata Daniel.
Menurut Frost & Sullivan dalam riset Indonesia Telecom Outlook Indonesia–Go Online 2012, pendapatan transaksi e-commerce di Indonesia mencapai USD 120 juta pada 2010 dan akan meningkat jadi USD 650 juta pada 2015.
Data ini menunjukkan nilai transaksi e-commerce mengalami
pertumbuhan berkat pesatnya tren digital di Indonesia. Meskipun
sejatinya menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2012 baru 63 juta
dan diprediksi menjadi 82 juta di akhir 2013.
Sementara riset Veritrans dan Daily Social pada Agustus 2012 memperkiraan pangsa pasar e-commerce berdasarkan laporan publik dan pelanggan adalah USD 0,6 miliar hingga USD 1,2 miliar. Dan pengeluaran e-commerce rata-rata per tahun adalah USD 256 dan baru 6,5% dari pengguna internet yang bertransaksi online.
"Untuk itu, kami perlu mengedukasi pasar secara agresif tentang e-commerce, membangun kepercayaan bagi pelanggan dan meningkatkan kualitas infrastruktur industri," papar Daniel.
idEA
sebagai asosiasi, kata Daniel, juga akan terus melanjutkan diskusi dan
menjaga hubungan dengan institusi pemerintah untuk menciptakan peraturan
pemerintah yang mendukung industri.
"Kami juga telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah agar bisa diberi keleluasaan untuk self regulation, dan respons pemerintah cukup baik asal kita bisa mempertanggungjawabkan," kata dia.
Dipaparkan olehnya, idEA juga mulai membuka membership untuk kalangan pedagang individu yang serius menekuni bisnis e-commerce. Tujuannya agar pedagang individu itu lebih terlindungi dan mudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat karena diberi signature trusted mark dari idEA.
"Semua
yang mau jualan online secara individu boleh mendaftarkan diri. Asal
niatnya benar harus dibantu. Ini juga akan bantu kepercayaan publik
karena banyak sekali penjual dari kalangan individu, bukan hanya dari
perusahaan yang berbadan hukum saja," jelas Daniel, yang juga sempat
menjabat Country Manager Multiply Indonesia yang telah gulung tikar
tersebut.
(rou/ash)
Sumber : detik.com
Kepercayaan Masyarakat, Tantangan Terberat e-Commerce
on
0 comments:
Post a Comment